BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DASAR PELAKSANAAN PKL
v
GBHN 1993 menggariskan Strategi Pembangunan
Sumber Daya Manusia melalui pendidikan, dengan mengoptimalkan segala sumber
daya yang ada di masyarakat secara terpadu dan terarah.
v
Kualitas pendidikan perlu disesuaikan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perkembangan
pembangunan. Perlu pula terus dikembangkan kerja sama antara dunia pendidikan
dengan dunia usaha/industri dalam rangka ikut peduli memberikan pendidikan dan
pelatihan untuk menambah kebutuhan tenaga kerja yang cakap dan terampil bagi
pembangunan, sehingga tercipta keterpaduan dengan perencanaan tenaga nasional.
(TAP. MPR.RI. No.11/MPR/1993 Bab IV, Subbid Pendidikan butir d )
v
Menjadi lembaga pendidikan professional dalam
jaringan pendidikan global, dengan reputasi dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi terapan.
v
Sadar akan terdapatnya saling ketergantungan
yang tak tapat dihindari antara pendidikan professional disatu pihak dan dunia
usaha/industri dilain pihak.
v
Berdasarkan KEPMEN 232 dan Kurikulum Program
Studi Teknik Listrik Tahun 2003, bahwa dalam rangka meningkatkan mutu dan dan
evaluasi Pendidikan Politeknik dengan tuntutan pasar kerja, Kebijaksanaan
Politeknik adalah melaksanakan Praktek Kerja lapangan, untuk itu setiap mahasiswa
wajib melaksanakan dan merupakan mata kuliah.
v
UU.RI. Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan
Nasional.
1.2 VISI dan MISI
1.2.1 Pengembangan
Keterampilan
Melalui latihan dibawah bimbingan Pengasuh, Kepala Bengkel dan Tenaga
Tehnik yang ada, diharapkan Mahasiswa mampu melaksanakan tugas dan membantu
seluruh kegiatan teknisi dengan menggunakan fasilitas yang ada ditempat
pelaksanaan PKL.
1.2.2 Membantu Karyawan atau
Teknisi dalam Memelihara Peralatan
Memelihara kebersihan peralatan dan merawat peralatan-peralatan terpasang dalam Gardu Induk
1.2.3 Membantu Pekerjaan bagian Pelayanan Alat dan Bahan
Setiap mahasiswa bergantian atau perkelompok
harus ikut bertugas :
a.
Melayani Peminjaman alat di ruang alat
b.
Membantu menyiapkan dan menyalurkan bahan yandigunakan untuk keperluan bengkel atau maintenance
1.2.4 Membantu Bagian Perawatan dan Perbaikan
Ikut melaksanakan perawatan rutin mesin mesin
atau alat alat di industri. Meliputi:
a.
Pembersihan, perlindungan dari kotoran, perlindungan
dari korosi, pelumasan mesin atau alat alat
b.
Mempelajari single line diagram dari sistem kelistrikan
dari industri.
c.
Mengecek kondisi instalasi listrik, menyetel atau
memperbaiki mesin mesin yang ada.
d.
mendeteksi kerusakan atau gangguan mesin ataupun
instalasi kelistrikannya.
1.2.5 Membantu Pekerjaan Bagian Operator / Teknisi
Mampu untuk mengoperasikan dan menggunakan peralatan atau perkakas
fasilitas praktik di Gardu Induk.
1.2.6. Pengembangan Pengetahuan
a.
Mempelajari buku buku Instruction Manual dengan spesifikasinya
b.
Membuat ringkasan dan judul
c.
Membuat laporan Praktek Kerja Lapangan
1.3 TUJUAN PRAKTEK KERJA
LAPANGAN
1.3.1 Tujuan Umum
a. Menghasilkan
tenaga kerja yang memiliki keahlian professional, dengan tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.
b. Memperkokoh
" Link dan Match " antara politeknik dengan dunia usaha atau industry.
c. Meningkatkan
efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang bekualitas.
d. Memberi
pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses
pendidikan.
e.
Dapat menerapkan ilmu yang telah didapat dalam PKL.
1.3.2. Tujuan Khusus
a.
Mempersiapkan para mahasiswa untuk belajar bekerja
secara mandiri, bekerja dalam satu tim dan mengembangkan potensi yang
berkualitas sesuai dengan minat dan bakatnya masing masing.
b.
Meningkatkan status dan kepribadian para mahasiswa,
sehingga mereka mampu berinteraksi, berkomunikasi dan memiliki rasa tanggung
jawab serta disiplin tinggi.
c.
Memberi kesempatan dan garansi bagi para mahasiswa yang
berpotensi untuk menjadi tenaga kerja terampil yang produktif berdasarkan
pengakuan standar profesi.
1.4 LATAR BELAKANG
Bertambahnya kebutuhan
akan tenaga listrik setiap tahun sesuai dengan berkembangnya teknologi menuntut
agar manusia berusaha menyediakan tenaga listrik yang handal. Secara umum
pembangkit tenaga listrik di Indonesia terdiri dari :
·
PLTA ( pembangkit listrik tenaga air ).
·
PLTU ( pembangkit listrik tenaga uap).
·
PLTP ( pembangkit listrik tenaga panas bumi ).
·
PLTG ( pembangkit listrik tenaga gas ).
·
PLTD ( pembangkit listrik tenaga diesel
).
·
PLTN ( pembangkit listrik tenaga nuklir )
rencana jangka panjang.
·
PLTGU ( pembangkit listrik tenaga gas dan uap ).
Secara umum
pengelolaan tenaga listrik terdiri dari tiga bagian yaitu:
1.
Pembangkit adalah Tempat yang berfungsi untuk
membangkitkan tenaga listrik atau memproduksi energi listrik.
2.
Transmisi adalah Suatu saluran yang berfungsi
menyalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi dari pembangkit ke Gardu Induk
atau konsumen.
3.
Distribusi Beban adalah Pengguna atau pemakai
energi listrik dengan klasifikasi Industri atau perumahan.
Masing-masing bagian tersebut mempunyai ruang lingkup
tersendiri dan dalam pelaksanaanya satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Untuk penyaluran energi listrik dari Pembangkit atau
Gardu Induk ke konsumen yang jarak jangkauanya dekat tidak masalah. Akan tetapi
konsumen yang terletak jauh dari Pembangkit atau Gardu Induk akan mengalami
masalah, yaitu akan mengalami penurunan kwalitas tegangan pada
pendistribusianya. Dengan penurunan kualitas tegangan
tersebut penyaluran daya listrik kekonsumen yang jauh dari lokasi
Pembangkit atau Gardu Induk maka perlu dianaikkan tegangannya. Adapun media
yang effective dan effisien untuk menaikan tegangan tersebut dipasang Capasitor Bank.
Jaringan untuk penyaluran
daya listrik bertegangan tinggi pada lokasi yang jauh disebut jaringan transmisi. Di Indonesia khususnya
didaerah Jawa telah beroperasi sistem transmisi tegangan tinggi 150 KV dan
tegangan ekstra tinggi 500 kV. Conductor
transmisi yang dipergunakan pada 150 KV dan 500 KV dari jenis alumunium type
ACSR untuk transmisi dan type AAC untuk sarana switch gear Gardu Induk, dan ada
yang menggunakan kabel tanah sebagai sarana transmisi pada umumnya di tengah perkotaan. Ditinjau dari segi biaya pembangunan dan
pemeliharaan jika terjadi kerusakan atau gangguan, saluran udara lebih murah dibandingkan saluran kabel tanah dengan jumlah energi dan
panjang saluran yang sama.
Gardu
induk juga merupakan sarana penampung dan penghubung beberapa pembangkit listrik dan Gardu Induk dengan membentuk suatu
sistem interkoneksi. Dengan keberadaan system interconnection yang difasilitasi
dengan beberapa Gardu Induk dan didukung dengan beberapa pembangkit, maka
pengendalian dan penyaluran energi listrik akan lebih sulit, akan tetapi frequensi
pemadaman yang disebabkan oleh perbaikan atau pemeliharaan peralatan listrik
atau gangguan dapat diperkecil, sehingga menjadi lebih handal. Apabila ada salah satu pembangkit sedang
dalam pemeliharaan atau mengalami gangguan dalam menyalurkan tenaga listrik
pada gardu induk maka pembangkit lain
dalam satu sistem intekoneksi akan menggantikan untuk menyalurkan tenaga
listrik pada gardu induk tersebut. Sehingga konsumen tidak merasa dirugikan
oleh pihak PLN.
1.5 BATASAN MASALAH
Agar
tidak terjadi kesalah pahaman tentang
isi laporan ini, maka kami membatasi materi yang dipelajari selama PKL,
diantaranya:
·
Pengertian Gardu Induk (GI)
·
Konfigurasi instalasi di GI Kebonagung
·
Peralatan
yang terpasang pada GI Kebonagung
·
Fungsi
masing-masing peralatan GI Kebonagung
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Adapun sistematika pembahasan pada laporan
PKL di GI Kebonagung adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang :
latar belakang, tujuan, batasan masalah dan sistematika pembahasan.
Bab II Teori Dasar,
yang berisi tentang : Gardu Induk kebonagung, Klasifikasi
gardu induk dan fungsi dari gardu induk, dan pelayan dari Gardu Induk
Kebonagung.
Bab III Peralatan GI Kebonagung, yang berisi tentang : Peralatan di Switch yard, Peralatan di
Control Building, peralatan K3 yang ada dikebongung.
Bab IV Penutup, yang
berisi tentang : Kesimpulan.
BAB II
GAMBARAN UMUM GARDU INDUK KEBONAGUNG
2.1 SEJARAH SINGKAT GARDU INDUK KEBONAGUNG
Gardu Induk Kebonagung terletak di Desa Kebonsari Kecamatan Sukun di. Jl S. Supriadi No. 10 kota Malang. Gardu Induk Kebonagung termasuk type gardu konvesional yang dibangun tahun 1976 dan beroperasi pada tanggal 12 januari 1978 yang melayani beban Distribusi daerah
malang selatan dan sekitarnya. Pengelolaan
dan pengendalian serta tanggungjawab operasional oleh PT. PLN (Persero)
Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali area Region Jawa Timur dan Bali
Unit Pelayanan Transmisi Malang.
2.3 DASAR
TEORI
Gardu induk boleh dikatakan sebagai
rumah beban karena Gardu induk merupakan penyalur energi listrik kepemakai
energi listrik. Adapun gardu induk dapat diklasifikasikan menurut jenis
pemasanganya adalah sebagai berikut:
1. Gardu induk pasangan luar (
Conventional )
Peralatan
Utama bertegangan tinggi dipasang diluar, sedangkan
sarana pengukuran (metering) , proteksi (relay)
dan monitoring signal (annuciator) berada agak berjauhan tepatnya di ruang control dan ruang proteksi serta ruang rectifier dan batteray, misalnya yang terletak diluar meliputi Transformator Distribusi 150/20 kV atau Transformator IBT (interbus transformer) 150/70 kV berikut sarana
peralatan pendukungnya meliputi PMT, PMS, CT, PT/CVT , LA dll.Sedangkan sarana yang sangat sensitive terhadap pengaruh
lingkungan dan cuaca misalkan Panel
control / relay termasuk didalamya terdapat batere beserta rectifiernya sebagai
supply sumber DC untuk konsumsi Proteksi dan indicator indicator sebagai signal Informasi penempatanya di dalam gedung.
2.
Gardu induk pasangan dalam
Biasanya didesain atau dibagun ditengah
perkotaan yang memilki lahan sangat terbatas. Dari pertimbangan tersebut sudah
barang tentu sangat membutuhkan biaya yang sangat besar dan harus didukung
dengan tehnologi yang specific serta modern. Perampingan switch gear dan sarana
tegangan tingginya diapplykasikan dengan GIS ( Gas
Insulation Substation) dengan media isolasinya memakai gas SF6. System
pengamananya pun juga super mewah, mengingat besarnya resiko kebocoran isolasi, maka sekecil apapun potensi kelainan pada peralatan dipasang peralatan multi
sensor dengan prediksi akan mampu mendeteksi dan mencegah meluasnya kerusakan terhadap peralatan Gardu Induk. Penjagaan serta
kebersihan ruangan merupakan syarat utama yang harus memperoleh perhatian dan perlakuan maksimal.
Tidak banyak yang dapat kami ulas tentang
keberadaan gardu induk pasangan dalam ini mengingat substansi dari PKL kami
hanya di Gardu Induk Kebonagung. namun demikian
penjelasan dari bapak pembimbing sudah sangat membantu kami untuk menambah
wawasan dan pengetahuan kami tentang Gardu
induk pasangan dalam.
3. Gardu Induk jenis setengah pasang luar
Adalah Gardu Induk yang sebagian
peralatan tegangan tingginya terpasang didalam gedung. Gardu Induk jenis ini
dipakai bermacam macam corak dengan pertimbangan efisiensi tempat, pencegahan polusi dan pencegahan dari luar (binatang dan benda asing )
4. Gardu
Induk pasang bawah tanah
Adalah Gardu Induk yang semua peralatan
terpasang dalam bangunan bawah tanah. Alat pendinginnya biasanya terletak
diatas tanah. Kadang kadang ruang kontrolnya juga diatas tanah. Biasanya Gardu
Induk jenis ini digunakan di daerah dimana lahan /
lokasi suli didapat (perkotaan yang sangat padat).
5. Gardu Induk Jenis ( Portable ) Mobil
Gardu Induk jenis ini biasanya digunakan hanya dalam kondisi darurat, misalkan mengatasi gangguan di suatu
Gardu Induk, guna mencegah pemadaman yang berkepanjangan. Gardu Induk ini tidak dipakai secara luas, melainkan sebagai transformator atau
peralatan penghubung yang mudah dipindah pindahkan yang umum kita lihat penempatanya di atas kereta atau truck .
2.4 FUNGSI DARI GARDU INDUK
ADALAH:
1.
Menerima dan menyalurkan tenaga listrik sesuai dengan
kebutuhan , meliputi Tegangan Ekstra Tinggi ( 500 kV), Tegangan Tinggi (150 kV),
maupun Tegangan Menengah ( 20 kV ).
2.
Mentranformasikan tenaga listrik dari tegangan tinggi
yang satu ke tegangan tinggi yang lain atau dari tegangan tinggi ke tegangan
menengah.
3.
Pengukuran dan pengawasan operasi serta pengaturan
pengamanan dari sistem tenaga listrik.
4.
Pengiriman daya ke gardu distribusi melalui
feeder (penyulang) tegangan menengah.
Karena Gardu Induk memiliki fungsi yang
sangat penting maka untuk menjaga keamanan dan kelangsungan penyaluran yang
baik maka Gardu Induk harus memenuhi suatu kriteria persyaratan adalah sebagai
berikut:
1.
Aman ( ruang bebas tegangan ) dan mudah ( pengamatan )
dalam hal pemeriksaan atau keperluan pengusahaan atau manuver. Pada gardu Induk
Pasang luar harus diperhatikan jarak antara bagian bagian yang bertegangan satu
dengan yang lainnya juga jarak terhadap tanah.
2.
Penggantian atau perbaikan bagian bagian yang rusak
harus mudah dilakukan, sehingga sekalipun gangguan terjadi pada sambungan rel,
namun kontinuitas distribusi tetap dapat dipertahankan.
3.
Memiliki keandalan yang tinggi. Oleh karena itu Gardu
Induk biasanya di suplai lebih dari satu pembankit.
4.
Mampu melokalisir meluasnya kemungkinan terjadi
gangguan arus lebih atau tegangan lebih.
2.5 JASA
PELAYANAN DI GARDU INDUK KEBONAGUNG
Gardu Induk Kebonagung mempunyai 5 buah
trafo daya yang terdiri dari 3 buah trafo IBT (inter bus transformers) pada
trafo 1, 2, dan 3 dan 2 buah trafo distribusi (150/20 kV) yang digunakan untuk
melayani beban pada konsumen 20 kV pada trafo 4, dan 5 yang kemudian
didistribusikan melalui penyulang-penyulang berikut ini :
·
Trafo 4 mendistribusikan melalui penyulang :
-
Klayatan - Kol. Sugiono
-
Gadang - MOG
-
Pakisaji - Wagir
-
Janti - Bumiayu
·
Trafo 5 mendistribusikan melalui penyulang :
-
MATOS
-
Sitirejo
-
Karang Duren
BAB
III
GARDU INDUK DAN PERALATAN DI
KEBONAGUNG
3.1. GARDU INDUK KEBONAGUNG
Dalam aplikasinya Gardu Induk Kebonagung
merupakan gardu induk konvesional yang dimana semua peralatan tegangan
tingginya berada diluar ruangan (outdoor) dan hanya beberapa peralatan yang
didalam ruangan seperti, panel control, panel rele, dll. Di GI Kebonagung
menggunakan system double busbar, hal ini dikarenakan system double busbar jauh
lebih handal karena system double busbar mendapat suplai dari busbar (line)
yang berbeda. System double busbar ini sangat baik ketika terjadi gangguan,
pemeliharaan dan manuver beban sebab suplai tidak akan terputus karena suplai
lainya masih dapat mensuplai.
Kita lihat seperti dalam gambar:
Jika bus bar A mengalami gangguan maka bus bar tersebut
dapat dipisahkan (isolasi) dari system dengan membuka breaker yang
menghubungkan bus bar tersebut. Walaupun bus bar A sudah dipisahkan, tenaga
listrik akan tetap bisa disalurkan secara utuh. Hal ini juga berlaku terhadap
bus bar B jika bus bar tersebut mengalami gangguan. Bahkan jika ke 2 bus bar mengalami gangguan, tenaga listrik
masih bisa disalurkan walaupun breaker yang menghubungkan ke 2 bus bar tersebut
di buka.
Pada
gardu induk kebonagung mempunyai 5 buah trafo yaitu, 3 buah trafo IBT (inter
Bus Transformer) dan 2 buah trafo distribusi yang berfungsi untuk mensuplai
kebutuhan pelanggan. Gardu Induk Kebonagung juga melayani pelanggan JTM (20 kV),
yaitu:
·
Trafo 4 yang didistribusikan menuju : Klayatan,
Gadang, Pakisaji, Janti, Kol. Sugiono, MOG, Wagir dan Bumiayu
·
Trafo 5 yang didistribusikan menuju : MATOS,
Sitirejo dan Karang Duren
Gardu induk Kebonagung mendapatkan suplai atau mensuplai:
a)
150 kV
Ø
G.I Sengkaling melalui
SUTT Sengkaling I dan II
Ø
G.I Lawang melalui
SUTT Lawang I dan II
Ø
G.I Pakis melalui SUTT
Pakis I dan II
Ø
G.I Sutami melalui
SUTT Sutami I dan II
b)
70 kV
Ø
G.I Senguruh melalui
SUTT line Sengguruh
Ø
G.I Turen melalui SUTT
line Turen
Ø
G.I Polehan melalui
SUTT line Polehan I dan II
3.2. PERALATAN UTAMA GARDU INDUK KEBONAGUNG
Peralatan utama dari GI Kebonagung terdiri dari 2 bagian yaitu peralatan
yang terdapat di ruang terbuka yang disebut dengan Switch yard dan peralatan
yang diletakkan di ruang tertutup atau dalam suatu gedung yang disebut dengan
control building.
3.2.1.
PERALATAN TEGANGAN TINGGI
3.2.1.1.
SUTT
Saluran
udara tegangan tinggi atau yang biasa disebut SUTT adalah sarana penghantar
diatas tanah untuk mentransmisikan tegangan tinggi (70 kV, 150 kV) dari pusat
pembangkit kegardu induk atau dari GI ke GI.
Gambar 2.
SUTT 150 kV
3.2.1.2.
Rel atau
Busbar
Rel berfungsi sebagai
titik pertemuan/hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT dan peralatan listrik lainnya
untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik /daya listrik. Bahan dari rel ini
umumnya terbuat dari tembaga (bar copper atau hollow conductor), ACSR, Almalec
atau aluminium (bar alluminium atau hollow conductor).
Gambar 3. Rel atau busbar
3.2.1.3.
Circuit
Breaker (CB) / PMT
Circuit
Breaker atau Saklar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus
rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga
listrik, yang mampu untuk membuka dan
menutup rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus hubung singkat,
sesuai dengan ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang normal maupun tidak normal.
Syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal diatas, adalah
sebagai berikut:
·
Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara
terus-menerus.
·
Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan
berbeban maupun terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus
tenaga itu sendiri.
·
Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan
tinggi agar arus hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat
sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri
Berikut ini adalah jenis-jenis PMT atau
Circuit Breaker yang ada pada Gardu Induk Kebonagung berdasarkan pemadaman busur api :
1.
PMT Minyak
Pada saat kontak dipisahkan,
busur api akan terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan
gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur
api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat
menghambat produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api
tergantung pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga tergantung pada
jenis gas hasil dekomposisi minyak.
Gamabar 4. Pemadaman busur api pada pemutus daya minyak
Kelemahannya adalah
minyak mudah terbakar dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak,
sehingga tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan pemutusan arus yang cepat.
PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
a.
PMT dengan banyak menggunakan minyak (Bulk Oil Circuit
Breaker), pada tipe ini minyak berfungsi sebagai peredam loncatan bunga api
listrik selama terjadi pemutusan kontak dan sebagai isolator antara
bagian-bagian yang bertegangan dengan badan, jenis PMT ini juga ada yang
dilengkapi dengan alat pembatas busur api listrik.
Gambar 5. Saklar PMT dengan banyak
menggunakan minyak
b.
PMT dengan sedikit menggunakan minyak (Low oil Content
Circuit Breaker), pada tipe ini minyak hanya dipergunakan sebagai peredam
loncatan bunga api listrik, sedangkan sebagai bahan isolator dari bagian-bagian
yang bertegangan digunakan porselen atau material isolasi dari jenis organic.
Gambar 6. PMT dengan sedikit menggunakan minyak
Gambar
7. PMT pada trafo 2 sisi skunder 70 kV, Polehan 1 dan 2, dan Turen dengan
pemadaman busur api menggunakan jenis
oil
Gambar
8. Name plate dari PMT jenis pemadam busur api dengan menggunakan minyak (OCB)
Keterangan :
1.
Tegangan Pengenal 72
kV
2.
Arus nominal sebesar 800A
3.
Frekuensi Pengenal
50 Hz
4.
Arus Menutup 32.8 kA
5.
Waktu pemutusan
tanpa beban 0.25 s
6.
Urutan operasi : O-1
MIN -CO-3 MIN –CO
7.
Waktu Pembukaan :
0.05
8.
Volume oli : 1100 L
9.
Arus hubung singkat
sebesar 12 kA
10.
Waktu memutuskan
hubung singkat : 2 s
11.
Type : SO-11
12.
No. Seri : 76. 1417
(Polehan I) dan 76.1418 (Polehan II)
Gambar
9. Penggerak CB dengan menggunakan pneumatic
Keterangan :
Pada PMT jenis
media pemadam busur api dengan menggunakan minyak digerakkan melalui pneumatic
yang dilengkapi dengan kompresor udara.
Kompresor bekerja
secara otomatis, apabila tekanan udara dibawah nominal (14,8 kg/cm2g),
dan kompresor akan mati bila tekanan udara lebih dari 15,8 kg/cm2g.
PMT ini juga
dilengkapi dengan indicator berupa lampu berwarna, dimana bila lampu indicator
menyala hijau bertanda PMT sedang dalam keadaan lepas, sebaliknya bila lampu
indicator menyala merah berarti PMT sedang dalam keadaan masuk.
2.
Saklar PMT Udara Hembus /Air Blast Circuit Breaker
PMT udara
hembus dirancang untuk mengatasi kelemahan pada PMT minyak, yaitu dengan
membuat media isolator kontak dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak
menghalangi pemisahan kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan
dalam waktu yang sangat cepat. Saat busur api timbul, udara tekanan tinggi
dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak pemisah dan ionisasi media
diantara kontak dipadamkan oleh hembusan udara tekanan tinggi.
Gambar 10. Pemadaman busur api pada pemutus daya udara
hembus
Gambar 11. PMT Udara
Hembus (air blast)
Kompressor
Pada
GI Kebonagung kompressor dipakai untuk supply udara bertekanan yang
dipergunakan untuk:
-
menggerakkan PMT bila
operating mechanism menggunakan tekanan udara misalnya ABB.
-
menggerakkan PMS bila
operating mechanism menggunakan tekanan udara.
-
memadamkan busur api
pada saat CB ON dan OFF pada ABB.
Tetapi
pada saat ini gardu induk Kebonagung sudah tidak menggunakan PMT ABB dengan
media udara hembus dan compressor ini hanya digunakan untuk peralatan yang
mnggunakan operating mechanism peunumatic.
Gambar 12.Compressor
3.
Saklar PMT vakum (Vacuum Circuit Breaker)
Pada PMT
vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum. Untuk mencegah udara masuk
kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat
ketat dengan perapat_logam.
Gambar 13. Kontak pemutus daya vakum.
Jika kontak
dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan tegangan yang
tinggi yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini
bergerak menuju anoda, elektron-elektron bebas ini tidak bertemu dengan molekul
udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi. Akibatnya, tidak ada penambahan
elektron bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan kata lain, busur
api dapat dipadamkan.
Gambar 14. Saklar PMT
vakum
4.
Saklar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
Media
gas yang digunakan pada tipe ini adalah gas SF6 (Sulphur hexafluoride). Sifat
gas SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak
mudah terbakar. Pada suhu diatas 150º C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak
metal, plastic dan bermacam bahan yang umumnya
digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi.
Sebagai
isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali
udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat
lain dari gas SF6 ialah mampu mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat,
tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak menimbulkan bunyi pada
saat pemutus tenaga menutup atau membuka.
Saklar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu:
1)
PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type), PMT SF6 tipe
ini diisi dengan gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg/cm2. Selama pemisahan
kontak-kontak, gas SF6 ditekan kedalam suatu tabung yang menempel pada kontak
bergerak. Pada waktu pemutusan kontak terjadi, gas SF6 ditekan melalui nozzle
dan tiupan ini yang mematikan busur api.
2)
PMT
Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type), dimana pada saat ini sudah tidak
diproduksi lagi. Pada tipe ini, gas dari sistem tekanan tinggi dialirkan
melalui nozzle ke gas sistem tekanan rendah selama pemutusan busur api.
Gambar 15. PMT 70 kV Sengguruh dengan media pemadam busur api SF6
Gambar 16.Nameplate PMT 70 kV Sengguruh dengan
media pemadam busur api SF6
Gambar 17.PMT 150 kV Trafo 2 dengan media pemadam busur api SF6